[review] Senja Bersama Rosie - SAVING MY MEMORIES

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Monday, December 12, 2011

[review] Senja Bersama Rosie

Judul Buku : Senja Bersama Rosie
Pengarang : Darwis Darwis (Tere Liye)
Penerbit : Grafidia
Jumlah Halaman : 462 halaman
Tahun Terbit : 2008

Senja Bersama Rosie bercerita tentang Tegar Karang, seorang pria yang "harus" membatalkan pertunangannya untuk menemani Rosie dan anak-anaknya, yang secara tragis kehilangan suaminya akibat tragedi bom Bali II.

Rosie merupakan sahabat masa kecil Tegar. Menghabiskan dua puluh tahunnya bersama Rosie, sudah barang tentu menimbulkan perasaan yang berbeda di hati Tegar terhadap Rosie. Sayangnya Tegar kalah cepat. Adalah Dani, seorang sahabatnya yang lain, yang berhasil mendapatkan cinta Rosie. Padahal Dani dan Rosie baru saling kenal selama dua bulan. Dalam dua bulan pula Dani menyatakan perasaannya kepada Rosie. Dua bulan yang setara dengan dua puluh tahun Tegar.

Tegar yang patah hati, memutuskan menghilang dari kehidupan dua sahabatnya itu. Selama lima tahun menenggelamkan dirinya dalam dunia kerja, melewatkan malam-malam dengan mimpi menyesakkan, berusaha mengenyahkan Rosie dari pikirannya, hingga satu hari tanpa disangka Rosie, Dani dan dua kuntum bunga mereka berdiri di pintu apartemennya.


Kedatangan Rosie dan Dani di apartemen Tegar menjadi titik awal tersambungnya kembali persahabatan mereka. Tahun demi tahun berlalu. Tegar pun sudah menemukan tambatan hatinya -seorang ahli physiotherapy bernama Sekar- yang rencananya akan dinikahinya setelah lima tahun mereka berhubungan. Sayangnya tragedi bom Bali II merusak segala rencana.

Awalnya Tegar menyangka ia hanya perlu menunda pertunangannya dengan Sekar. Namun rupanya kondisi Rosie lebih parah dari dugaan. Dua minggu penundaan pertunangan berubah menjadi dua tahun. Selama dua tahun itu pula Tegar menjalani kehidupan barunya di Gili Trawangan. Melanjutkan usaha resort yang ditinggalkan Dani dan Rosie dan mengurus empat buah hati mereka, tanpa mengetahui kalau di ibukota sana seorang perempuan menantinya dengan setia.

Tepat di hari Rosie diijinkan keluar dari rehabilitasi, Tegar bertemu kembali dengan Linda -mantan sekretaris sekaligus sepupu Sekar-. Melalui Linda-lah Tegar diingatkan kembali akan sebuah harapan yang pernah ia berikan pada seorang perempuan. Harapan yang membuat perempuan itu harus melewati dua tahun malam-malam penuh penantian. Apakah setelah Rosie sembuh Tegar masih sanggup memenuhi janjinya kepada Sekar? Benarkan setelah lima belas tahun cinta Tegar kepada Rosie bisa tergantikan?

***
Kalau dilihat dari cara penyampaian dan teknik bercerita, sebenarnya buku ini bagus. Indahnya Gili Trawangan, karakter anak-anak Rosie yang begitu hidup, belum lagi beberapa scene yang sempat membuat mata saya berembun. Selain itu beberapa pelajaran berharga juga bisa didapat di dalamnya. Tentang berdamai dengan masa lalu, juga tentang bagaimana cara mendidik anak-anak. Semuanya disampaikan dengan baik oleh Tere Liye, yang kali ini menggunakan nama Darwis Darwis.

Namun sayangnya ada beberapa hal yang pada akhirnya membuat saya tak terlalu suka dengan buku ini.

Pertama, karakter Tegar Karang. Entah mengapa saya tidak suka dengan karakter Tegar di sini. Dia penyayang, sangat penyayang. Namun keputusannya untuk lebih memilih Rosie ketimbang Sekar sukses menghilangkan rasa simpati saya kepadanya. Belum lagi bagaimana dia digambarkan harus melewati tahun-tahun yang begitu berat setelah Dani menyatakan cintanya pada Rosie. Saya kok ngerasa agak berlebihan dan terlalu lemah ya? Saya kira hal seperti itu hanya terjadi para perempuan.

Ketidaksukaan yang kedua, skenario ala film India. Saya penggemar film India, dan saya bisa memastikan kalau Tere Liye sempat menyisipkan beberapa adegan film India dalam novelnya kali ini. Sebenarnya sih tidak masalah. Hanya saja, bagaimana cara Tere Liye mengakhiri dilema yang dihadapi Tegar Karang benar-benar membuat saya geleng-geleng kepala. Belum lagi skenario mengetahui rahasia di detik-detik terakhir yang kalau di film India mungkin akan berefek dramatis, namun sayangnya di novel ini sungguh berakhir tragis. Yah singkat kata, bagi saya novel ini tragis.

Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah kutipan dari novel Senja Bersama Rosie yang cukup menarik untuk dipikirkan:

"Hanya butuh lima belas menit untuk tiba di puncaknya, Mas Tegar.... Dan aku bisa berfoto, bilang ke semua orang dengan perasaan bangga bahwa aku pernah menaklukkan puncak Jaya Wijaya. Tetapi aku memilih untuk tak melakukannya... Justru semua itu lebih menyenangkan saat dikenang dengan: aku pernah punya kesempatan menjejak puncak itu, mudah sekali menyelesaikan sepotong sisanya, tapi aku memutuskan untuk cukup.... Tidak perlu hingga ke atasnya.... Memutuskan kembali.... memutuskan hanya menerka-nerka seperti apa rasanya saat tiba di puncak...."

"Percaya atau tidak, membayangkan seperti apa hebatnya perasaan di atasnya akan jauh lebih hebat dibandingkan kalau aku benar-benar tiba di sana, bukan? Bisa jadi aku kecewa setelah benar-benar tiba di sana, ternyata semua itu tidak sehebat yang kubayangkan...Tetapi dengan mengurungkan menjejaknya walau tinggal selangkah, semua itu akan membuat kenangan, bayangan dan pengharapan itu tetap sakral...Tetap hebat seperti yang kubayangkan..."



Well, Tegar Karang, mungkin seharusnya sejak awal kau memang tidak harus tahu rahasia itu.

No comments:

Post Top Ad

Responsive Ads Here