Taj Mahal - SAVING MY MEMORIES

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Wednesday, July 21, 2010

Taj Mahal


Awalnya, saya mengira novel ini berisi kisah cinta abadi antara Shah Jehan dengan istri tercintanya, Arjumand. Cinta yang mengilhami dibangunnya salah satu bangunan terindah di dunia, Taj Mahal. Namun ternyata, saya salah. Buku ini, walaupun tetap bercerita tentang pembangunan Taj Mahal, merupakan kisah kehidupan dari Jahanara, salah seorang putri Shah Jehan dan Arjumand. Sebagai seorang putri sultan, Jahanara digambarkan sebagai seorang perempuan cantik dan cerdas. Dua hal yang diwarisi dari ibunya, Arjumand. Salah satu kecerdasannya terlihat ketika ia membantu ibunya menyelesaikan masalah seorang laki-laki yang mencuri di kebun seorang tuan tanah karena terpaksa. Berkat pendapat Jahanara, laki-laki tersebut tidak jadi dihukum mati, malah dijadikan sebagai tukang kebun istana. Di sisi lain, Jahanara juga digambarkan sebagai seorang perempuan banyak akal dan agak tidak sabaran. Selain Jahanara, 2 putra Sultan yang menjadi inti cerita di buku ini adalah Dara dan Aurangzeb. Dara, sang putra mahkota yang menyukai sastra dan bercita-cita untuk menyatukan umat Hindu dan umat Islam di agra dalam sebuah kerukunan. Sedangkan Aurangzeb, adalah putra ketiga yang menyukai peperangan, membenci umat Hindu, dan berambisi menjadi Sultan. Jahanara, karena faktor kedekatan umur dan sifat, sudah barang tentu lebih akrab dan berpihak pada Dara ketimbang Aurangzeb. Di usia 16 tahun, Jahanara dinikahkan dengan Khondamir, seorang pedagang yang usianya 2 kali lipat usia Jahanara atas kepentingan politik. Sebuah pernikahan yang membawa Jahanara pada penderitaan. Karena sebenarnya Khondamir pun tidak mencintai Jahanara. Dia hanya menjadikan Jahanara sebagai pelampiasan nafsunya semata. Kehidupan cinta Jahanara berubah ketika ia berjumpa dengan Isa, arsitek yang dipilih ayahnya untuk membangun Taj Mahal setelah kematian ibunya. Jahanara sendiri diminta ayahnya untuk membantu Isa dalam menggambarkan kecantikan Arjumand, karena menurut sang ayah, Jahanara tak ubahnya bayangan ibunya. Dan karena seringnya kebersamaan mereka dalam pembangunan Taj Mahal, bisa ditebak apa yang terjadi kemudian. Jahanara dan Isa saling jatuh cinta. Bahkan dalam sebuah paragraf Isa mengatakan kalau Taj Mahal adalah gambaran Isa tentang Jahanara, bukan Arjumand. Selain kisah cinta Isa dan Jahanara, juga diceritakan tentang perseteruan antara Dara dan Aurangzeb. Aurangzeb yang haus kekuasaan, akhirnya melakukan kudeta setelah ayahnya jatuh sakit. Dara yang seharusnya naik tahta dibunuh di depan rakyat, sedang Jahanara dan ayahnya dikurung dalam sebuah ruangan yang meghadap langsung ke Taj Mahal. Tinggal di ruang penyekapan selama bertahun-tahun rupanya tak mengurangi kecerdikan Jahanara. Dengan bantuan beberapa penjaga yang bisa disuap, Jahanara berhasil keluar dari penjara itu dan menemui Isa dan putrinya di Bijapur. Sayangnya kesepakatan yang dibuat dengan penguasa Bijapur, membuat Jahanara harus berpisah kembali dengan Isa dan putrinya. Jahanara pun memutuskan kembali ke Agra untuk menemui ayahnya. Sebuah keputusan yang salah karena Jahanara ternyata dikenali oleh para penjaga. Jahanara akhirnya kembali disekap, dan harus kembali tinggal di terungku bersama ayahnya yang sakit parah. ****** Dari segi penceritaan, buku ini berhasil membawa saya berimajinasi kembali ke jaman Taj Mahal dibangun. Benteng Merah, harem, Taj Mahal, semuanya digambarkan dengan dengan sangat pas, dalam artian saya bisa membayangkanya di kepala saya. Namun sayangnya, ada beberapa bagian yang saya tidak sukai dari buku ini. Diantaranya adalah perilaku Jahanara dan saudaranya. Buku ini ditulis dengan setting agama Islam. Dan memang sepengetahuan saya Shah Jehan beragama Islam. Tapi dalam buku ini para pelakunya banyak melanggar syariat Islam. Minum anggur, berselingkuh, membunuh orang, merupakan 3 hal yang cukup sering ditulis dalam buku ini. Saya sendiri mempertanyakan. Kenapa Jahanara harus berselingkuh dengan Isa sementara dia sendiri masih terikat pernikahan? Dan kenapa juga ayahnya malah mendukung perselingkuhan itu atas dasar cinta? Padahal seharusnya sebagai seorang muslim mereka mengetahui kalau hal itu dilarang dalam Islam. Selain itu satu hal juga yang tidak dapat saya rasakan selama membaca novel ini. Emosi. Saya tidak merasakan emosi yang meluap selama membaca buku ini. Entah karena memang penggambaran emosi dalam buku ini memang kurang, atau saya yang tidak fokus dalam membacanya. Saya sendiri kurang tahu.

No comments:

Post Top Ad

Responsive Ads Here