Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin - SAVING MY MEMORIES

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, July 23, 2010

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


Judul Buku : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 256 halaman
Tahun Terbit : Juni 2010

"Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan."

Kutipan di atas saya ambil dari halaman 196 novel berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karangan Tere Liye. Novel ini merupakan kenang-kenangan dari kopdar pertama saya dengan Bang Tami dan Fathur beberapa waktu yang lalu. Namun karena berbagai alasan, novel ini baru bisa terbaca beberapa hari yang lalu.

***

Tania dan Dede, adalah sepasang kakak beradik yang sehari-harinya bekerja sebagai pengamen jalanan. Suatu hari, saat sedang mengamen di sebuah bis pada kepulangan mereka ke rumah, Tania dan Dede bertemu dengan seorang lelaki yang kemudian menjadi malaikat dalam kehidupan mereka. Laki-laki itu bernama Danar. Malam itu dia menolong Tania yang kakinya tertusuk paku payung. Dan seterusnya, dialah penopang kehidupan Tania, Dede dan ibunya. Pertemuan dengan Danar juga mengajarkan Tania sebuah perasaan baru. Tania yang saat itu berusia 11 tahun tanpa sadar sudah jatuh cinta pada malaikatnya.

Hari-hari setelah kehadiran Danar merupakan sebuah awal yang baru dalam kehidupan Tania. Dia dan adiknya bisa bersekolah kembali, mereka bisa tinggal di tempat tinggal yang lebih layak, dan ibunya bisa memulai usaha yang dulu diidam-idamkannya. Sayangnya kebahagiaan itu harus ternoda. Dua tahun berselang, ibu Tania meninggal dunia. Tania dan Dede resmi menjadi yatim piatu. Disinilah kembali Danar menjelma menjadi malaikat bagi Tania dan Dede. Sepeninggal ibunya, Tania dan Dede diboyong ke kontrakannya.

Waktu terus berjalan. Tania yang cerdas berhasil mendapat beasiswa untuk bersekolah di Singapura. Bertahun-tahun terpisah nyatanya tak membuat perasaan Tania kepada Danar menghilang begitu saja. Malah seiring dengan pertumbuhannya perasaan itu semakin membesar. Tania yang tumbuh menjadi seorang gadis cantik dan dia pun merasa pantas untuk mendampingi Danar. Baginya rentang usia 14 tahun bukanlah masalah.

Sayangnya cinta itu tak pernah tersampaikan. Danar memutuskan menikah. Tania pun larut dalam upaya menghilangkan kesedihan. Bekerja tanpa henti. Berubah menjadi pribadi yang berbeda. Hingga akhirnya rahasia itu mulai terungkap.

*****

Untuk urusan bercerita, Tere Liye memang tak perlu diragukan lagi. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama, dengan Tania sebagai tokoh utamanya. Alur cerita dibuat secara flashback untuk setiap bab-nya. Sedang untuk editing, saya menemukan satu kesalahan pengetikan nama Tania menjadi Ratna. Lalu karena dalam novel ini Tania selalu menyebut nama Danar dengan dia maka kadang saya harus benar-benar cermat dalam kalimat demi kalimat dalam novel ini. Penggunaan panggilan dia ini juga kalau menurut saya berpotensi menimbulkan rasa bosan bagi pembaca, mengingat betapa seringnya Tania menyebutkan kata dia dalam upayanya mengurai kenangan.

Secara keseluruhan, novel ini cukup menarik untuk dibaca. Dan seperti biasa, Tere Liye selalu menyisakan pertanyaan di akhir novel-novel yang dibuatnya. Apalah kalimat yang dibisikkan Danar di telinga Tania pada saat itu?

1 comment:

Dahlia"khamza Az Zahra" said...

aku suka novel2 tere liye.. hee.. inspiratif.. ^_^

Post Top Ad

Responsive Ads Here